Si Ibu menulis pada 3 lembar kertas sobekan buku dan suaminya mengetik ulang menggunakan m-word.).
Kasus nya berlanjut ke jalur hukum, paling tidak sudah 2 media masa cetak dan elektronik pada 5 Januari 2012. berikut kisahnya...
RS. KARTIKA…..OH…KARTIKA
Pertama anakku di rawat ditempatmu, sungguh aku berharap anakku bisa baik, anakku kesakitan mengalami perut kembung, susah buang air besar.
- Infus yang kau berikan untuk anakku dari awal datang sampai besok pagi. Sustermu tidak mengerti bagaimana jalannya bagaimana jalannya infus yang seharusnya. (suster mengatakan bahwa infus memang harus pelan-pelan, padahal infus itu 2 hari belum habis 1 botolpun. setelah tanya dokter seharusnya 1 hari bisa habis 2-3 botol. Apalagi pasien puasa 2 hari!)
- Dokter yang menangani yang kau berikan kepadaku tidak kamu katakan bahwa dokter ini adalah dokter tamu, dia hanya memeriksa dan setelah itu tidak memberikan jawaban yang pasti kapan di operasi. Hanya jawaban dari suster bahwa ini masih di observasi, aku percaya pada saat itu, tapi lama-kelamaan doktermu itu tidak kunjung datang lagi untuk memeriksa anakku, aku hanya berhubungan dengan suster-suster mu saja dan dokter jaga yang selalu bertanya tentang kondisi anakku, setiap dokter jaga yang memeriksa anakku pasti menanyakan hal yang sama, seharusnya dokter jaga itu sudah tahu dari rekap medis dokter penaggung jawab dong, tapi itu semua tidak ada yang tahu, semuanya polos. (awal bersedia operasi dilakukan rumah sakit ini karena yg menangani adalah dr. Rio -katanya masih murid dr.Diky yang pernah mengoperasi Rasya di Al Islam Bandung. Ternyata yang mengoperasi adalah dr. Edi yang riwayat medis pasien aja blm tau! yah... dateng2 operasi-selasai!! gitu deh kasarnya...)
- Masih bertanya pada suster-suster mu tentang kondisi anakku, mereka bilang masih diobservasi. Karena observasi dan puasa harus dilakukan 2/3 hari, wah kelamaan! Aku tanya lagi pada sustermu kalau aku mau ketemu dokter pananggung jawabnya, eh malah dikasih dokter jaga lagi dengan pertanyaan yang sama, dokter jaga itu menanyakan riwayat anakku. oh…..sepertinya dokter-dokter mu itu kurang komunikasi dengan dokter yang lainnya.
- Akhirnya aku bertanya lagi kapan ini akan ada tidakan, tapi tindakan pun jawabannya tidak ada. Sebelum dioperasi anakku masih sadar !!!! Aku selalu berkomunikasi dengan dokterku yang pernah menangani anakku di Bandung.
- Setelah aku bilang pada sustermu bahwa aku akan pindahkan anakku ke Bandung, sustermu panik dan dia berkata "sabar bu nanti akan tanyakan dokter dulu,” Eh…. malah yang datang dokter jaga lagi !!!! dan dengan polosnya masih menanyakan riwayat anakku, ternyata sepertinya rekapan di tempatmu itu ga’ada, atau mungkin setiap dokter meriksa itu tidak ada tulisan dikertas, hanya disimpan di otaknya saja, jadi cukup dia yang tahu.
- Aku memaksa akan keluar dari rumah sakit mu tapi sustermu datang dan memberikan surat pernyataan operasi, dan aku diberi pilihan yang bingung, sustermu bilang “ ibu dokternya sudah siap operasi anak ibu “ Akhirnya aku putuskan anakku dioperasi di tempatmu dengan harapan anakku akan membaikdan sehat kembali.
- Jam 9.30 malam aku turun ke lantai 2 untuk operasi anakku. Tapi ada sustermu yang datang dan bilang padaku dengan nada yang tidak enak di dengar dan seharusnya tidak seperti itu, “ ibu sudah bayar biaya opersainya?”….Wow hatiku teriris dan ingin marah. Sepertinya ruang operasi dan suster itu merupakan merupakan malaikat yang akan memberikan kesehatan atau anakku menjadi baik. Sustermu bilang lagi, “ibu obat-obatan nya mahal, satunya Rp. 500.000,- x 3, Rp. 250,000,- x 3, ibu kan di kelas tiga, gimana bu atau obat-obatan nya mau diganti saja?!”……..oh…hinaan lagi yang ku dapat !!!
- Beberapa saat kemudian operasi selesai. Suster memberikan anakku dalam keadaan meronta-ronta seperti orang kesakitan dan aku bertanya” kenapa ini suster kok anak saya seperti ini”, suster dan bapak itu bilang ini efek obat bu, saya bilang lagi kalau efek obat bius tidak seperti ini, dia akan tertidur, tapi ini meronta-ronta. “Saya bilang anak saya ini kejang”
“Bukan bu, itu efek obat”
“Saya bilang anak saya kejang”
“Bukan bu, itu obat sudah biasa”
“Saya teriak anak saya kejang suster”
“Ga apa-apa bu….”
“Anak saya kejang.!!!!!!!!!!!!!!!”
- Akhirnya anak saya kejang-sekejang kejangnya dan tidak sadarkan diri sampai keluar busa dari mulut nya, barulah suster dan bapak itu panik dan tidak ada satu dokterpun disana untuk menolong Putra Rasya.
- sebelum itu, keluarga "sempat" ditemui dokter bedah anak yang mengatakan;
"operasi berhasil bu, malah saya angkat usus buntu anak ibu".
"lho kok usus buntu dok?" kata si ibu. "iya bu, biar nanti sudah besar ga akan kena usus buntu" dokter menimpali.
"oh .. gitu ya dok? makasih kalo gitu. Tapi kenapa anak saya meronta seperti ini dok?!)
"gapapa bu, efek obat bius, ibu berdo'a saja. nanti suster yang tangani"
Dan pergilah pulang sang dokter.....